Mengulas Terbitan Mataniari Publisher


3. Menuju Kontemporer
Layaknya loncatan-loncatan ion yang dinamis, manusia dalam segala bentuk interaksi di kehidupannya juga mengalami loncatan perubahan yang dinamis pula, sebab pada prinsipnya manusia bukanlah batu. Hasrat perubahan ini kemudian mendorong manusia untuk memunculkan sesuatu yang baru, yang berbeda, yang tidak terikat pada batasan-batasan yang telah ditentukan sebelumnya. Manusia, adalah makhluk “pembosan” yang selalu bergejolak untuk menemukan, menciptakan dan merasakan hal-hal baru sebagai bentuk ungkapan dari interpretasinya terhadap sebuah keadaan yang cenderung statis.
Perubahan yang terjadi kemudian akan mempengaruhi pola pikir, pola rasa dan pola gerak manusia yang pada akhirnya akan turut merubah segala bentuk hasil produk karya ciptanya.
Sebab dunia sastra merupakan salah satu wadah eksplorasi imaji yang menjanjikan ruang kebebasan bagi manusia untuk berkspresi, maka, dunia sastra pun menjadi salah satu “wilayah jajahan” empuk bagi perubahan-perubahan yang dilakukan manusia.
Sastra kontemporer merupakan buah karya dari gejolak yang terjadi di dalam dunia sastra. Sastra dalam konteks kekinian lebih bersifat eksperimental dan tidak lagi tunduk patuh pada konvensi-konvensi sastra yang berlaku biasa atau umum yang dianggap sudah beku dan cenderung monoton.
Sastra dalam konteks kekinian sepertinya tengah menghadapi masa pubertasnya. Satu persatu “gaun” yang dulu dipakaikan padanya mulai tanggal, sementara “gaun” baru belum terjahit dengan sempurna. Kebebasan bereksperimen yang ditawarkan oleh dunia sastra kekinian membuka peluang yang besar bagi manusia untuk menemukan, menciptakan hingga merasakan sesuatu yang baru. Tetapi dilain sisi, kebebasan ini pula mengandung perangkap yang dapat membuat manusia terjebak dalam “pusaran halusinasi”. Dari sisi pekarya ”pusaran halusinasi” itu akan menjebak para penggiat sastra dalam perdebatan tentang rumusan-rumusan definisi dan aturan antara sastra lama dan sastra kontemporer.
Buku “Menuju kontemporer” ini adalah sebuah potret transformasi para pekarya sastra yang hendak “bermigrasi” menuju dunia sastra kontemporer. Sebuah proses migrasi yang memungkinkan bagi para pekarya untuk dapat menjejak dunia sastra kontemporer atau malah tersesat di dalam “pusaran halusinasi”.



2. Balada Perempuan (Rp 40.000,-)
Menguak senandung balada perempuan
Dani Sukma AS*

“Adalah kebebasan memagut kata hingga jadi cerita
Karena kita: perempuan yang berbalada
Balada Perempuan - Koper Indie”
***
KETIKA perempuan bicara, kata-katanya mampu membungkam dunia dan selama masih ada perempuan maka masih ada kisah kehidupan. Setidaknya, hal tersebut dibuktikan dalam sekumpulan kisah Balada Perempuan yang disuguhkan dalam buku ini.
Memang benar, ketika suara-suara perempuan diperdengarkan sesungguhnya akan menjadi kegaiban yang mesti kita kuak dengan nurani, sebab suara perempuan ialah bahasa sanubari. Suara perempuan bukan semata ucap, tetapi juga bahasa jiwa yang merapal kedalaman hasrat membingkai impian, harapan, cinta dan cita-cita, menjadi syair kehidupan.
Mari kita jenguk sebuah Dunia di Bawah Meja yang diciptakan suara perempuan bernama Ayoe Lestari. Ada pergolakan batin yang sukar ditafsir dengan kesederhanaan kata-kata pada kisahnya. Lewat sesosok gadis yang tak bernama, ia menciptakan sebuah dunia yang tak terjamah; Dunia impian! Memang benar adanya, cara termudah mengubah dunia adalah dengan tak berhenti bermimpi, sebab kita bebas mengubah dunia sesuka hati kita tanpa ada yang mengusik.
Gadis kecil itu merangkak ke bawah meja. Meja bundar dengan taplak yang lebar. Lalu telentang sambil melukis awan. Awan biru muda berdampingan dengan sebuah pelangi serupa senyum yang melengkung. Gadis kecil dengan rambut keriting kecil berantakan, menutup mata lalu tersenyum. Dibayangkannya sebuah matahari, tepat di sudut langit berbentuk persegi empat.
Jika anda punya keberanian, masukilah dunia yang diciptakan sang gadis, kanvaslah dunia yang anda inginkan lalu rasakan betapa indahnya melukis dunia, sebab kita bebas menciptakan warna dunia sekehendak hati kita. Seperti yang dilakukan sang gadis, ia ciptakan keajaiban yang mustahil terwujud jika bukan dalam impian.
Matahari bundar itu berpendar, cahayanya bukan putih melainkan hitam. Langit remang-remang di siang hari...
Bukankah sangat menakjubkan, apabila dunia yang kita ciptakan mampu menghadirkan sesuatu yang berbeda. Sesungguhnya dalam dunia impian, kita bisa menjamah apapun yang kita kehendaki. Lalu kita menikmati dunia itu sekehendak hati kita, meramu bahagia di dalamnya.  Seperti sang gadis, yang asyik bermain-main di dalam dunianya; Dunia di Bawah Meja.
Begitulah, suara Ayoe Lestari yang diperdengarkan kepada kita. Lewat seluncur kata-katanya, ia seolah mengucapkan mantera pengubah dunia. Maka beranilah melukis dunia impian: Karena menciptakan dunia yang disuka lebih menyenangkan daripada menikmati apa yang ada.
Kali ini, kita mesti mohon pamit kepada Ayoe Lestari dari dunianya. Ada baiknya kita teruskan perjalanan kita, sebab masih ada suara-suara perempuan lain yang memangil-mangil. Ada suara ketegasan yang diperdengarkan Novita Sari Simamora, dengan lantang ia berujar Hidupku Pilihanku! Ya, hidup adalah pilihan, sebab Tuhan telah memilih kita untuk menjalani kehidupan maka kita juga harus berani memilih menjalani kehidupan dengan segala keberanian. Perihal hidup, 99% keberhasilan adalah keberanian kita untuk fokus pada pilihan, sisanya 1% adalah hak Tuhan untuk menentukan.
Benar apa yang telah dikatakan oleh orang yang terlebih dahulu lahir dariku, bahwa hidup adalah pilihan Yah… layaknya hidupku ini. Dan diam itu pun juga pilihan.
Sungguh, kita patut terhenyak, ternyata di balik lembutnya suara perempuan tetap ada ketegasan. Kita tak perlu bersibantah apabila ada sebuah idiom yang menyatakan bahwa suara perempuan ialah mayoritas suara dunia. Bahkan dalam diam pun, perempuan ternyata masih bersuara. “Diam adalah pilihan”, ini salah satu suara yang diperdengarkan Novita Sari Simamora. Faktanya memang benar demikian, perempuan yang marah dengan diam lebih menakutkan daripada melalui omelan. Siapa yang mampu menerka bahasa diam? Sukar dibahasakan bukan? Tetapi ternyata, diam adalah suara perempuan yang mesti kita dengar dan semayupnya  digaungkan dalam Balada Perempuan.
.....Aku makan bukan hanya untuk bertahan hidup
Aku mencari makan dengan cara apapun  juga bukan hanya karena ingin bertahan hidup
Tak ada kata menyerah
Mencoba segala cara untuk maju
Untuk kesekian kali perempuan membuktikan bahwa suaranya mesti kita dengarkan dengan seksama, bagaimana Novita Sari Simamora yang lantang bersuara bahwa tak ada kata menyerah untuk mencoba segala cara untuk maju.  
Meski dirinya menempuh pendidikan di bidang keguruan, tetapi ia punya pilihan lain; Suara hatinya memilih menjadi wartawati. Ia merasa bahwa guru yang paling berharga ialah pengalaman, maka ia berguru pada kehidupan. Harapannya cuma satu; menjadi wanita tangguh! walaupun ia merasa belum menjadi tangguh, namun ia tak akan berhenti berusaha untuk menjadi gadis tangguh, dewasa, bijaksana, jujur dan mandiri.
Berbicara perihal perempuan, maka tak bisa lepas dari perkara cinta. Demikian pula suara sebagian besar yang diperdengarkan dalam Balada Perempuan. Untuk persoalan cinta, diwakilkan saja oleh suara Yama Kaze dan Dwifani. Lewat sajaknya yang berjudul Sosokmu, Yama Kaze berkisah tentang sosok yang begitu ia dambakan, meski tiada terlihat namun sosok itulah yang mampu mengisi hatinya.
.....Meski mataku tak mampu melihat kehadiranmu
Namun hatiku mampu merasakan bayangmu
Sosok yang mengisi hatiku.
Begitulah kekuatan cinta, bisa menjadikan apa yang tak terlihat menjadi terlihat, bisa mengubah yang tiada menjadi ada, sebab cinta adalah penglihatan sejati dan cinta adalah prasasti yang abadi.
Bahkan dalam sajak Sketsa Malam, Dwifani mengalunkan simfoni perasaan. Mencoba menemukan debur rindu yang menjelma ombak dalam badai keheningan di lindapnya malam.
Inilah sketsa malam
Kan kulebur kata bersama cinta
Kan kuletakkan bimbang bersama ragu
Agar rasa menyatu bersama rindu....
Suara-suara tentang cinta yang diperdengarkan keduanya membuat kita terharu, cinta memang penuh warna. Tetapi sesungguhnya, cinta tak bisa dilukiskan seperti pelangi, sebab keindahan cinta melebihi tujuh warna keabadian. Meski ada duka yang menyesak apabila berujung pada kegagalan, namun cinta selalu menyisakan kenangan yang sukar untuk dilupakan.
Mendengar alunan suara perempuan dalam Balada Perempuan sungguh begitu memengaruhi pikiran, kita tidak akan berhenti pada persoalan impian, harapan dan cinta, tengok saja yang dikisahkan Quelle Idee. Perempuan yang satu ini lebih memilih bersuara tentang politik. Lewat sajak Tahun Panas, ia menyindir para penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya.    
…Ini tahun panas
Bokong-bokong panas menduduki kursi panas
yang dibeli dengan uang jelata
Uang dingin yang menjadi panas karena
diperebutkan yang bukan pemiliknya…
Tegas dan berani, karakter ini bukan hanya milik lelaki tetapi juga milik seorang perempuan. Lewat sajaknya, Quelle Idee telah membuktikan. Dengan tegas ia mengkritik penguasa yang tidak becus mengurusi rakyat. Secara berani pula ia menyebut penguasa hanya memanaskan bokong-bokongnya di kursi pemerintahan dengan modal uang rakyat jelata. Lalu perut para penguasa membuncit, sebab telah mati hati bersebab ambisi diri. Sajak yang begitu panas ini pun meramaikan tahun panas. Tahun yang dilanda konflik politik, penuh intrik dan taktik licik para ahli politik.
Begitu banyak kisah, begitu banyak suara, ketika perempuan-perempuan menghadirkan balada. Mereka ingin didengar, sebab mereka yakin suara-suara mereka punya arti. Jika kita menerima suara mereka sebagai irama kehidupan, niscaya kita akan menemu senandung karunia hidup yang dipenuhi syukur, dan kunci itu semua adalah selalu berpikir positif, agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Ya! berpikir positif menjadikan kita bisa menelaah hidup agar menjadi pribadi yang lebih baik, seperti yang disuarakan Riendytha Nasution dalam Catatan Bengak-Bengak, walau terkesan bermain-main namun apa yang disuarakannya adalah kebenaran. Dengan mengambil contoh sederhana, ia menguraikan tentang proses penerimaan diri dan mengimbau untuk selalu berpikir positif.
…”Kalo memang manusia itu adalah makhluk paling sempurna, kenapa kekayaanku gak sesempurna Abu Rizal Bakrie, atau pinomat (minimal, red) jadi kayak anaknya lah. Apa aku bukan manusia?” Bahkan orang seperti ini sampe’ meragukan entitasnya sebagai manusia. Parah ya kan?
…Hidup ini relatif loh, kawan. Tergantung kau mau menyentuh bagian yang mana. Saat kau memilih untuk menyentuh sisi positif untuk menjadi bahagia dengan apapun keadaan hidupmu, ya insyaallah kau akan bahagia.
Masih ada suara-suara lain yang diperdengarkan Riendytha Nasution, namun satu yang pasti hidup adalah jalan menuju kebahagiaan, dan yang berhak menentukan kebahagiaan adalah kita sendiri maka berpikir positiflah untuk meraih kebahagiaan, niscaya Tuhan besertamu. Jangan berpaling dari suara hatimu, sebab Sang Raja Semesta akan menuntunmu pada jalan kebenaran untuk menjangkau niscaya bahagia dalam relung jiwa.
Jika suara hatimu sedang dibungkam resah. Maka mengadulah pada Sang Raja Semesta, sebab adakalanya meski kita telah berpikir positif untuk melakukan yang terbaik bagi diri kita dan orang-orang yang kita sayangi, namun berujung pada kepedihan. Meski bagi perempuan, air mata juga menyimpan beragam suara pada tiap bulirnya, namun bersuara pada Tuhan akan meringankan segala beban, seperti yang dilakukan Wulantsubaki, melalui sepenggal kisah Perjanjian dengan Raja Semesta untuk Peri Kecilku, ia menumpahkan perasaan yang berkecamuk dalam batinnya.
…Jika waktu mempecundangi hidupnya, ijinkan aku melindunginya dari jarum jam yang menusuk.
Jika arah angin membuatnya tidak tahu arah kemana kaki melangkah, ijinkan aku membantunya untuk membawanya ke arah angin yang mencipta mimpi…
…Tapi Kau Tahu, dia menghempaskanku hingga terjatuh. Dia mengatakan padaku itu hanya kebohongan belaka untuk menjebaknya. Aku hanya terdiam saat itu, kakiku tidak kuat lagi untuk berpijak ke tanah. Air mataku akhirnya tumpah juga ketika menghadap Raja Semesta di malam kemudian. Aku limbung…
Begitulah adanya, sekelumit suara-suara perempuan telah diperdengarkan, maka siapa dapat mendustai bahwa Balada Perempuan merupakan syair hidup yang diiringi nada-nada indah dan menawan. Namun, jika hendak berkalam jujur. Masih ada irama sumbang yang mengalun di dalamnya, kesahajaan kata-kata masih banyak yang belum terjaga. Semoga Balada Perempuan akan menjadi suara yang lebih merdu dan selalu dinantikan untuk berkumandang dalam jejak kehidupan
***
“Aku perempuan
Perempuan yang dapat mengubah duka menjadi suka,
tangis jadi tawa, benci menjadi cinta
dan kematian menjadi kehidupan
Balada Perempuan – Koper Indie”
Serambi KOMPAK, 15 Maret 2012

*Penulis adalah pembelajar sastra dan pendiri Komunitas
Penulis Anak Kampus (KOMPAK). Karyanya termaktub dalam beberapa antologi sastra dan dimuat di beberapa media massa.



1. Topeng "Sejauh Mana Kau Mampu Menyembunyikan Wajah" (Rp 20.000,-)
SASTRA merupakan alat ampuh untuk menyampaikan pesan kepada publiknya. Ia tidak hanya dapat mengubah sikap manusia, namun sekaligus menjadi corong ideologi manusia itu sendiri. Tidak heran jika orang bijak mengatakan, “Orang berbudaya harus membaca sastra”. Sebab sastra adalah produk yang dihasilkan oleh kebudayaan itu sendiri.

Tidak dapat kita pungkiri lagi, bahwa saat ini karya sastra terus berkembang seiring dengan majunya teknologi dan informasi. Saat ini, begitu banyak penulis-penulis yang menghasilkan karya sastra yang begitu berkualitas dengan genre yang begitu beragam. Semua itu adalah kekayaan yang harus tetap dijaga, sebab karya sastra adalah aset yang sangat berharga.
Alhamdulillah, setelah begitu lama berproses, akhirnya penerbit meluncurkan sebuah novel perdana yang begitu memukau hasil karya anak Medan, Quelle Idee.     
Topeng, adalah novel yang kaya akan konflik, menyajikan carut-marut kehidupan tokoh-tokohnya. Konflik antar tokoh dan orang-orang yang ada di sekitarnya begitu menyentuh. Novel ini mengajarkan manusia untuk menjadi diri sendiri dalam menjalani kehidupan.
Topeng adalah novel pertama yang diterbitkan oleh Mataniari Publisher. Sebagai karya perdana, penerbit sangat bangga atas kreativitas penulis yang menyajikan sebuah fakta yang terbalut dalam kisah-kisah lugu, lucu, dan begitu memukau.
Puji dan syukur selalu kami penjatkan kepada Allah SWT, Sang Pencipta yang begitu agung, yang memberikan nafas kehidupan untuk setiap mahluknya. Atas rahmat-Nyalah, akhirnya penerbit bisa meluncurkan Topeng untuk para penikmat sastra di mana pun berada. Kepada penulis, juga kepada para penikmat sastra yang terus eksis dalam menikmati sastra, penerbit mengucapkan terimakasih yang tak terhingga.    
Semoga karya perdana ini memberikan banyak manfaat kepada para penikmat sastra. Seyogiyanya, Topeng kelak akan menjadi pematik api sastra yang dapat membangkitkan gairah berkarya untuk setiap pelaku sastra. Selamat membaca.


Untuk informasi lebih lanjut & Pemesanan dapat menghubungi Ayu (081348942776 atau 087869395713)

Comments

Popular posts from this blog

LEWAT TENGAH MALAM

Tak Mampu Berpaling dari Makanan Enak dan Segala yang Lucu

Rumah Kenangan