Posts

Showing posts from November, 2014

Seberkas Senja Di Mata Tua

Image
Pagi yang sangat biasa, diawali hunusan matahari yang menebas belantara kabut sisa semalam. Seorang tua telah terjaga cukup lama dari tidurnya, membereskan kasur yang isinya bukan kapuk melainkan perca-perca goni yang dipungutinya dari tempat pembuangan pabrik tepung, tiga kilometer dari rumahnya. Dengan tangan yang gemetar, pria kurus kerempeng itu menyiapkan sarapan istimewanya, segelas teh hangat tanpa gula dan kue rasidah yang juga tanpa gula. Dia bukan takut diabetesnya kumat atau kadar kolesterolnya meningkat, toh dia tak pernah ke rumah sakit meski paru-parunya tak lagi sehat. Dia hanya tak punya uang untuk segenggam gula. Upah membajak sawah semalam hanya cukup ditukarkan tepung roti dan segenggam bawang merah. Apalagi hari ini dia harus absen mencumbui padi-padi milik juragan haji. Meski dia sudah bersikeras, toh juragan tetap maghfum dengan maklumat kepala desa yang mengharuskan seluruh kegiatan kampung di nonaktifkan selama sehari penuh untuk keperluan pen

Cinta Seekor Tarantula

Image
Aku Cuma bisa bungkam, dalam genggamanku ada jemari keriput yang erat mencengkram. Tak ingin berpisah meski dalam diam. Terbujur didepanku, sesosok tubuh menggelambir yang dilengan kanannya tersulur selang putih berisi cairan bening kemerahan, sedang lewat hidungnya nafas berat menyesakkan di hembuskan. Dadanya turun-naik, kadang cepat, tak jarang amat lambat, sedangkan rambutnya yang keperakan tergerai tutupi bantal. Tak seorangpun tau, dan aku tak peduli ada yang tau atau tidak. Cintaku pada tubuh tua di atas ranjang berseprai putih itu laksana jejaring laba-laba yang menggantung membentuk jelaga. Jauh tak terjangkau, tipis tak terlihat, namun kuat melekat membenam nun jauh di sel-sel sensorik, juga motorik tubuh. Melilit hatinya yang merapuh, membingkai ingatan yang melapuk. Aku masih menggenggam jemari keriput itu, saat pintu berdecit dan seorang wanita berpenampilan menarik perlahan masuk. Tangan kanannya menjinjing kantong plastik berwarna putih. Dingin dilemparnya sekilas

Bulan Merah Darah Di Matanya

Image
Aku berpacu dalam langkah yang semakin memburu. Sementara malam mengungkung menyesaki rongga mata. Dalam keremangan dan ketakutan yang menyiksa,aku terjerambab. Langkahku dihentikan segunduk tanah bekas galian. Darah mengucur dari lubang hidung, menguarkan bau amis yang bercampur lumpur dan kotoran anjing. Ku coba bertumpu pada dua kaki yang sudah lelah. Tapi gagal, aku tersungkur lagi. Saat itulah mataku menangkap lukisan langit hitam kelam seperti kopi pahit kesukaan ayah. Terpatri diatasnya, seonggok bulan merah darah yang menyusupkan rasa ngeri di ubun-ubun otakku. Tersentak dari lamunan, ekor mata menangkap sesosok bayangan hitam mendekat. Tiap detik semakin rapat, detak jantung kian cepat. Tak kan ku berikan nyawa ini untuk psikopat gila sepertinya, aku membatin. Karnanya, tungkai kaki ini ku paksa menegak, meski sakitnya menikam ulu hati. Terseret-seret langkahku, dengan darah yang masih mengucur perlahan lewat lubang hidung. Langkah-langkah itu masih memburu, padahal n

BATU (cerpen)

Image
Ilustrasi - Doc Kreatif Dalam dunia 8x10 meter aku terdiam, membeku, tak lagi mampu memburu waktu. Sekelilingku juga sama, jiwa-jiwa yang tlah membatu dan tak mampu memburu waktu. Dalam satu garis horizontal kami bertemu, membentang busur pandang di satu titik temu. Sekelebat cahaya mendistorsi ingatanku, menarik-narik nalar ke lorong waktu, dimana dulu jiwaku belum jadi batu. Dimana sulur-sulur nadi yang berdetak, dialiri nafsu tuk berburu masa depan.Tapi sekarang aku tlah bertransformasi jadi batu, dan batu adalah batu, tak mampu apa-apa kecuali memandang di satu titik semu. Sepuluh hari, empat minggu, enam bulan, satu tahun, dua bulan, tiga minggu, empat hari, aku mulai lelah. Lelah karna hanya memandang tak mampu bicara, lelah karna selalu salah meski tak ucapkan apa-apa, lelah karna berfikir sesuai fakta pun sudah tak bisa. Tapi aku resah, sekelilingku tak ada yang berubah. Batu-batu disekelilingku tak ada yang terlihat lelah, mereka bahkan nyaman memandang di satu ti

Rinduku pada Ayah

Rindu ku pada ayah, Rindu hati pada nurani Rindu sentuhan pada jemari Rindu ku pada ayah, Rindu bulan pada malam Rindu siang pada mentari Rindu ku pada ayah Selaksa doa yang tak sampai Segenggam rindu terlanjur karam Penggalan kisah yang tak khatam Rindu ku pada ayah, Rindu pungguk nantikan bu l an ___ Balada Perempuan - 2012

Rindu

Ku kabar kan pada mu lewat angin Bahwa aku masih di sini seperti dulu Merenung di bilik persegi Tempat kita dulu menertawakan waktu Masih ku berharap Kau disampingku menemani resah Yang menjelma kekosongan Karna mimpi ku tak lagi nyata Ia serupa kabut yang membelit mata Tak ku sanggup lagi sepertinya Namun hutang ini harus lunas Dan aku masih ingat Kau kata di samping telingaku yang hampir tuli Kita disini bukan hanya untuk kita Tapi untuk janji yang terlanjur membelit jantung                                                                 Unimed, 29 Februari 2012 ____ Balada Perempuan - 2012

Perempuan-perempuan dalam pelukan malam

Menari diiringi desau nafas yang birahi Bergelinjangan seperti ombak murka di bibir pantai Terkapar diatas ranjang sewarna malam Dalam remang, perempuan telanjang Menanggalkan malu, cinta, dunia, bahkan Luka Luka mati suri dalam diri yang sudah khatam Pun, nadi masih berdenyut Untuk Dia yang menanti pulang. _____ Balada Perempuan - 2012

Paradoks

Pagi sudah usang Sejuk berangsur hilang Aku memandang langit Lewat jendela kamar Menggenggam koran yang isinya cuma bualan ____ Balada Perempuan - 2012

Menyusuri Eksotisme Gua Kampret

Image
Liburan kali ini, saya dan beberapa teman dari medan  memutuskan untuk mencari suasana baru. Jika biasanya kami menghabiskan akhir pekan dengan menjajal kemampuan menaklukan gunung, air terjun atau sekedar bersantai di pesisir pantai, kali ini kami mencoba menyusuri gua. Pilihan kami jatuh pada gua kampret (bat cave), alasannya tentu saja karena tertarik untuk melihat kampret atau biasa juga disebut kalelawar dari jarak dekat. Seperti yang kita ketahui, kalelawar adalah hewan nocturnal yang sangat menyukai tempat-tempat gelap dan lembab, dia juga terbiasa berburu di malam hari. Dengan menggunakan tiga sepeda motor, saya dan teman-teman pun bertolak dari medan. Sekitar pukul dua belas siang, kami tiba di pintu gerbang (loketing) bukit lawang. Sekedar informasi, di bukit lawang terdapat banyak sekali pungutan liar. Jangan lupa meminta tiket masuk setelah membayar di gerbang kedatangan, karena jika tidak diminta maka petugas terkadang lupa memberikan tiket masuk, alhasil