Pokemon Go, Nostalgia Dibalik Euforia Digital

Para penggemar anime dan game, nggak mungkin nggak kenal dengan tokoh monster imut warna kuning yang dikenal dengan nama pikachu. Tentu saja, saya juga sudah sangat familiar dengan si kuning menggemaskan yang berasal dari serial anime pokemon ini. Meskipun masa-masa kejayaan pokemon sudah berlalu sejak bertahun-tahun yang lalu, namun penikmatnya pasti belum sepenuhnya lupa. 


Itu sebabnya, saya tidak terlalu heran saat beberapa hari yang lalu, media mulai gencar memberitakan tentang Pokemon Go, salah satu aplikasi game dengan efek augmented reallity yang dapat dimainkan dengan menggunakan aplikasi android. Hebohnya pemberitaan baik di media sosial, online maupun cetak membuat saya ikutan latah untuk mengikuti perkembangan berita yang di bagikan oleh kawan-kawan media. Dari banyaknya artikel yang beredar, sebagian besar menyarankan orang tua untuk mengawasi anak-anak yang bermain pokemon go ini, agar anak-anak tidak kecanduan dan melupakan realita.

Tapi kalau menurut saya, Pokemon Go ini sebenarnya dirancang bukan untuk anak-anak, namun sebaliknya game virtual ini diperuntukkan bagi orang dewasa yang mulai jenuh dengan kehidupan kantor dan ingin mengembalikan keceriaan masa kecil.
Pikachu... Ternyata yang kuning imut bukan cuma minion ya...
Apa yang ditawarkan oleh pengembang Pokemon Go adalah kebutuhan masyarakat saat ini yang katanya hidup dalam zaman yang serba cangggih dan modern. Apa itu? Sosialisasi dan interaksi.

Selama ini, tekhnologi dianggap sebagai media yang mampu membuat manusia menjadi pribadi yang antisosial. Segala sesuatu dilakukan tanpa interaksi dengan orang lain. Bayangkan, kita tidak perlu bertemu orang lain untuk bertegur sapa, tidak perlu beranjak dari rumah untuk berbelanja, bahka sekarang sudah dikembangkan sistem yang memungkinkan seseorang belajar (sekolah) tanpa harus repot datang ke sekolah.

Segala tekhnologi yang memudahkan itu, nyatanya memberi dampak sosial dan psikologi yang membuat masyarakat menjadi introvert dan sulit bersosialisasi di masyarakat. Menurut saya, fakta dan fenomena sosial seperti inilah yang menjadi salah satu faktor dirilisnya Pokemon Go. 
 
Daftar pokemon legendaris, mana tau ada yang minat ikutan main Pokemon Go..
Pengembang melihat bahwa ada peluang dimana masyarakat ingin bersosialisasi, ingin berkomunikasi secara nyata dengan orang lain, namun ada keengganan, rasa jengah dan aneh saat mereka berfikir bahwa semua interaksi itu masih dapat dilakukan melalui media sosial. Itulah sebabnya, saat ada sebuah aplikasi yang menyenangkan seperti game dan melibatkan banyak orang secara real, maka sangat mungkin aplikasi tersebut menjadi viral dalam waktu singkat.
 
Nah, kenapa yang dipilih itu pokemon? Karena seperti yang saya jelaskan di paragraf-paragraf awal, bahwa pokemon itu pernah berjaya dan memiliki begitu banyak fans pada masanya. Dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kenangan, bisa saya pastikan akan menuai sukses. Apakah ada yang sependapat dengan saya? 

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Kenangan

Napak Tilas Menulis Blog

Tak Mampu Berpaling dari Makanan Enak dan Segala yang Lucu