Antara Moralitas dan Mentalitas

Beberapa hari ini saya dibuat tercengang oleh banyaknya kasus kriminal yang terjadi dan melibatkan pelajar. Sebut saja kasus hilangnya seorang mahasiswi UGM yang ternyata dihabisi oleh petugas kebersihan kampusnya sendiri. Lalu kasus penganiayan seksual yang dialami oleh Yuyun, seorang pelajar SMP yang dilakukan oleh remaja yang diantaranya juga masih berstatus pelajar. Dan terakhir, yang terjadi di salah satu universitas muslim di Medan, Seorang mahasiswa tega menghilangkan nyawa dosennya sendiri.

Sekeras apapun saya berfikir, saya tetap tidak mampu memahami alasan pelaku untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Tindak kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan baik itu dalam hukum dan juga norma sosial. Namun saat saya membaca berita-berita tersebut, entah mengapa saya merasa sangat terenyuh ketika menyadari bahwa uang hasil menggadaikan barang berharga korban ternyata digunakan untuk membeli susu bayi dan sepatu anak-anak. Saya jadi bertanya-tanya, sudah sedemikian sulitkah bertahan hidup di Indonesia tercinta ini?

Saya juga tertarik dengan salah satu artikel yang membahas tentang kasus Yuyun. Diketahui bahwa keempat belas pelaku melakukan kejahatan setelah berpesta miras dan melakukan tindakan kriminal dibawah pengaruh alkohol. Remaja-remaja yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa tidak bisa mengendalikan diri dan mentalnya rusak karena minuman keras. Pada artikel tersebut, beberapa netizen berkomentar bahwa pelaku tidak memperoleh didikan yang baik dari keluarga, hal tersebut mungkin saja benar, namun saya juga setuju dengan si penulis artikel yang mempertanyakan eksistensi minuman keras.

Ya, jika kita telisik lebih jauh, faktor pemicu kerusakan mental para pelaku adalah alkohol. Lalu siapa pihak-pihak yang memproduksi alkohol dan melakukan pembiaran terhadap produksi dan distribusi alkohol tersebut? Bukan hanya itu, keberadaan internet dan mudahnya akses ke berbagai situs dewasa juga menjadi salah satu perusak mental generasi muda. Lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas pembiaran situs-situs seperti ini?

Lalu yang terakhir, tentang kejahatan yang dilakukan mahasiswa terhadap dosen. Banyak spekulasi yang beredar tentang alasan pelaku melakukan kejahatan, dan  apapun alasannya perbuatan menghilangkan nyawa seseorang adalah tindakan yang tidak termaafkan.

Namun di sini, saya hanya ingin mengingatkan kepada siapapun yang membaca tulisan ini, bahwa apapun tindakan yang kita lakukan, apabila tindakan tersebut melibatkan orang lain, maka kita harus memikirkannya secara cermat. Karena sesuatu yang kita anggap tidak penting, mungkin saja penting bagi orang lain dan sesuatu yang kita anggap tidak berharga, mungkin saja sangat berharga bagi orang lain. Begitupun kata-kata, yang kita anggap biasa saja, mungkin menyinggung dan melukai perasaan lawan bicara.

Ya, saat ini saya hanya ingin mengajak rekan-rekan untuk menundukkan kepala dan mengheningkan cipta sejenak untuk para korban yang terenggut hak hidupnya, semoga mereka yang ditinggalkan dapat ikhlas dan kita dapat mengambil pelajaran berharga, dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali

Comments

  1. gara-gara berita siswi ugm ini..
    gue ama temen2 kampus yang sekelas malah saling absen di grup chat abis kelas kelas. Absen lokasi masing2 dan info (bagi yang naik taxi) nomor pintu kendaraan + nama supir supaya kalo kejadian apa-apa, bisa langsung lapor ke orang tua teman dan pihak berwajib. Parno ahahah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneran, saya kan ngekos dan lumayan jauh dari orang tua. Nah orang tua saya khususnya ibu kan jadi parno banget setelah ada pemberitaan begini, tapi jadi ada komunikasi yang lebih aktif antara orang tua dan anak. Semoga aja, buat kawan-kawan yang pada ngekos juga, selain lebih berhati-hati juga lebih banyak komunikasi ke keluarga dan temen...

      Delete
  2. Miris banget sama kasus-kasus kekerasan begitu, apalagi kejadiannya sama perempuan :' mahasiswi UGM, pembunuhan bu dosen, sama Yuyun :' itu kasus parah semua :'

    Untuk Kasus Mahasiswi UGM itu katanya gara-gara uang kan ya, terus pembunuhan bu dosen katanya gara-gara si pembunuh dendam, dan masalah Yuyun gara-gara alkohol. Motifnya hampir beda-beda. Namun mirisnya sama. Miris banget :'

    Yah, mari kita menundukkan kepala sejenak dan berdoa untuk para korban. Semoga hal ini nggak terulang kembali :'

    ReplyDelete
  3. Gua juga miris ngebaca dan ngelihat berita kasus-kasus yang melibatkan pelajar dan mahasiswa di atas. Bener tuh, sekeras apapun berpikir, kok ya ga mampu memahami alasan pelaku melakukan tindakan sekeji itu. Menghilangkan nyawa seseorang adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan, apalagi jika dilakukan dengan kejam :(

    Kalo mau tuding-tudingan kesalahan, mungkin kolom komentar ini ngga akan cukup nampung semuanya, soalnya ada keterbatasan karakter oleh Google hehe. Lagipula mungkin ngga akan nemu solusi terbaiknya. Well, ada beberapa faktor yang mempengaruhi mereka, dan jelas yang terlihat adalah kurangnya pemahaman mereka akan moralitas. Mereka cepat melakukan tindakan tanpa berpikir jernih, dan lebih menuruti hawa nafsu.

    Bukan berarti bahwa gua sendiri udah memahami moralitas :p
    cuma gua berusaha untuk ngga terjerumus ke dalam tindakan seperti itu, dan gua yakin itu semua bisa dimulai dari pribadi kita masing-masing kok. Gua setuju sama kalimat "apapun tindakan yang kita lakukan, apabila tindakan tersebut melibatkan orang lain, maka kita harus memikirkannya secara cermat". Gunakan pemikiran jernih saat menimbang-nimbang suatu tindakan.

    Mari berdoa untuk para korban. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kasus ini semua, dan semoga kedepannya tidak akan terulang kembali.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

LEWAT TENGAH MALAM

Tak Mampu Berpaling dari Makanan Enak dan Segala yang Lucu

Rumah Kenangan