Budaya berburu madu, Benarkah hilang atau Dihilangkan?
Siapa
ya yang nggak tahu tentang madu dan nyobain madu? Saya rasa hampir semua orang
pernah ngerasain madu, bahkan madu juga dianjurkan oleh banyak dokter untuk
dikonsumsi sebagai pengganti gula.
Salah satu Tulisan yang terdapat dalam Jurnal Strukturasi yang diterbitkan oleh Prodi Antropologi Sosial, Pascasarjana Universitas Negeri Medan |
Nah,
tapi nggak semua orang tahu dan paham bagaimana cara memperoleh madu, apalagi
madu alami yang diburu di hutan. Karena khasiat dan rasanya pasti jauh berbeda
dengan madu yang telah diternakkan.
Ternyata
dulu sekali di hutan-hutan bakau daerah perlis Kabupaten langkat banyak
terdapat sarang madu dan masyarakat setempat sering berburu madu sebagai lahan
pencaharian. Namun akibat deforestasi perlahan-lahan mengakibatkan hutan bakau dialihfungsikan
menjadi perkebunan sawit.
Saya
jadi ingat, pertengahan tahun lalu saya pernah berkunjung dan menumpang boat
untuk melihat sendiri pesisir sungai yang sudah gundul. Suangai-sungai itu
bermuara ke laut, pada kedua sisinya yang seharusnya ditumbuhi bakau, sudah
digantikan oleh tanaman lain. Ya benar, tentu saja itu sawit kawan-kawan.
Saat
itu saya hanya berfikir bahwa akibat yang ditimbulkan hanya sebatas erosi air
laut dan terganggunya ekosistem bakau. Paling-paling bangau dan burung liar
yang berhabitat di situ akan kehilangan tempat tinggal, fikir saya saat itu.
Namun
ternyata, tulisan abangda Tengku
Zainuddin berjudul Kemana lagi kami
nak berburu madu? Membuat saya
tersadar bahwa yang hilang bukan hanya habitat bakau, namun sebuah tradisi,
budaya dan diatas itu semua, yang hilang dan dipaksa berubah adalah kehidupan
sekelompok masyarakat yang sudah hidup dan bergenerasi sejak berpuluh tahun yang lalu.
Lantas
siapa yang berhak bertanggung jawab, bolehkah kita kambing hitamkan
kapitalisasi? Namun mampukah perusahaan-perusahaan itu bergerak bebas tanpa
campur tangan pemerintah? Dalam Focus
group discussion yang bertajuk Budaya Berburu Madu yang Hilang, hasil
penelitian Tengku Zainuddin, jumat kemarin, dipertemukanlah berbagai pihak
mulai dari praktisi lingkungan, kumunitas yang bergerak di bidang lingkungan,
budayawan, wartawan, masyarakat Perlis hingga Kepala Dinas Kabupaten Langkat.
Peserta Focus Group Discusion |
Comments
Post a Comment