Atasi cacingan ala Lightning


Sekarang keluargaku sedang milihara seekor kucing kecil nama panggungnya Lightning. 
Halah udah macam artis aja kelakuannya ya..

Nah, beberapa hari menjelang lebaran haji kemarin, ada tetangga yang nawarin kucing anggoranya buat kami jaga. Buat nemenin si light katanya, karena umurnya juga masih dua bulanan gitu. Si emak yang emang kepingin punya kucing angora langsung setuju, dan di boyonglah kucing berbulu tebal dengan ciri khas hidung peseknya itu.

Tapi enggak lama, karena tepat lima hari setelah dititipkan, si kucing pesek kembali berpindah tangan. (entar cerita kenapa si kucing akhirnya kami hibahkan ke kakak sepupu, bakalan aku tulis di page berikutnya yah).
Tapi kedatangan kucing angora itu udah berpengaruh buruk buat si light. Awalnya dia agak merajuk gitu, enggak mau makan. Kami asumsikan  begitu karena pernah kedapatan, si kucing angora mencuri makanan dari piring light dan mengabaikan piringnya sendiri.

Hari kedua, si light masih enggak nafsu makan, aku mulai cemas donk. Berdua dengan si mamak, kami memutuskan untuk menyuapi light dengan susu. Dan beberapa jam kemudian, Light muntah saudara-saudara. Tambah bingung lah kita sekeluarga.

Light yang awalnya masih pecicilan meski enggak selera makan, mulai lesu dan pingin tidur melulu. Aku mulai searching di situs-situs cat lover buat nanyain kondisi si kucing. Jawabannya macem-macem dan kebanyakan nyuruh bawa Light ke dokter hewan.

Berhubung udah hopeless, aku mencoba untuk menghubungi salah satu dokter yang paling banyak direkomendasikan. Dan si dokter bilang, Light musti diinfus dan biayanya empat ratus ribu. Tambah stress lah saya  mendengar biayanya yang segitu mahal.

Setelah diskusi dengan si mamak, kami mutusin buat beli vitamin penambah nafsu makan buat Light. Vitamin yang direkomendasiin para pecinta cat lover becombion anak yang mengandung vitamin B. Tapi di apotik lagi abis, jadi aku ganti dengan curcuma plus rasa strawberry.

Di jalan menuju rumah, aku kan masih terus googling tentang penyakit kucing buat ngebandingin gejalanya. Nah saat itulah aku ngerasa kalau gejala kucing cacingangan mirip dengan yang terjadi dengan Light. Awalnya enggak nafsu makan, lantas diare, kalau makan muntah dan terakhir karena lemas, jadi tidur melulu.
Perlu diingat kalau kucing atau anjing sakit, coba periksa kuping dang bola matanya. Kalau kupingnya tidak beraroma bau sedangkan hudungnya tidak berair dan matanya tidak pucat, bisa jadi kucingnya bukan sakit yang aneh-aneh, tapi pencernaannya diserang cacing.

Dan aku tiba-tiba ingat kalau kucing angora yang dikasi ke kami itu berkutu dan cacing bisa dijangkiti melalui kutu dan kotoran tikus. Aku langsung cari tau obat cacing paling cocok buat kucing, dan bayak yang rekomendasiin combantrin.

Setelah sampe rumah, light langsung disuapin susu dan dicekoki combantrin (tapi perlu diingat ya, combantrinnya dikit aja, seperempat sendok teh) dan jangan lupa siapin cairan infuse yang bisa diminum buat anak (ini yang nyaranin dokter Ari Rhamadan, tempat prakteknya namanya mam’s clinic II yang di jalan karya wisata, kompleks J. Serius, dokternya baik dan enggak jutekin. Recommended lah)

Kenapa siapi cairan infuse? Karena reaksi obat cacing itu bakalan bikin diare dan muntah, jangan kaget karena cacingnya bakal keluar melalui itu. Tiap kucingnya muntah, suapi cairan infuse aja supaya carian ditubuhnya terganti. Dan obat cacingnya cukup dikasi sekali karena obat cacing itu termasuk obat keras.
Alhamdullihah, setelah dikasi obat cacing dan cairan infuse, Light mulai semangat dan besok paginya mulai mau makan. Tapi makannya masih dikit, jadi musti sering-sering disodorin makanannya. Tapi setelah cacing di perutnya keluar semua, dia malah makannya jadi tambah rakus.       

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Kenangan

Napak Tilas Menulis Blog

Tak Mampu Berpaling dari Makanan Enak dan Segala yang Lucu