Cinta Seekor Tarantula
Aku Cuma bisa bungkam, dalam genggamanku ada jemari keriput yang erat mencengkram. Tak ingin berpisah meski dalam diam. Terbujur didepanku, sesosok tubuh menggelambir yang dilengan kanannya tersulur selang putih berisi cairan bening kemerahan, sedang lewat hidungnya nafas berat menyesakkan di hembuskan. Dadanya turun-naik, kadang cepat, tak jarang amat lambat, sedangkan rambutnya yang keperakan tergerai tutupi bantal. Tak seorangpun tau, dan aku tak peduli ada yang tau atau tidak. Cintaku pada tubuh tua di atas ranjang berseprai putih itu laksana jejaring laba-laba yang menggantung membentuk jelaga. Jauh tak terjangkau, tipis tak terlihat, namun kuat melekat membenam nun jauh di sel-sel sensorik, juga motorik tubuh. Melilit hatinya yang merapuh, membingkai ingatan yang melapuk. Aku masih menggenggam jemari keriput itu, saat pintu berdecit dan seorang wanita berpenampilan menarik perlahan masuk. Tangan kanannya menjinjing kantong plastik berwarna putih. Dingin dilemparnya sekilas...