Tentang Buku yang Baru Saja Kubaca

Tulisan ini masuk kategori curhat kali ya? nggak ngerti lah, yang pasti abis baca novel karya ken terate ini saya jadi emosional. Pertama jelas karena ceritanya nggak sebaik yang saya bayangkan. Kedua karena karakter-kareakter yang ditampilkan terlalu dangkal dan kesannya jadi nggak ngena di hati.

Novel yang bikin nyesek ini judulnya pieces of joy (ini sebenarnya teenlit, lucu juga karena saya menaggapinya dengan serius), satu dari serinya my friend my dreams. Nah saya kan udah baca dua yang terdahulu, dan paling tertarik dengan karakter joy. Dan saat tau Ken meluncurkan satu seri khusus buat nyeritain joy, saya jadi blingsatan dan pengen beli.

Dan saya kecewa berat, kesan joy yang tangguh berpikiran terbuka dan menyenangkan jadi ilang. Joy malah jadi cewek cengeng yang gampang terinterfensi oleh lingkungan sekitar. Stink, cowok yang berhasil mengembalikan keceriaan joy di buku kedua (marshmellow chocolate) juga jadi aneh di buku ini. Stink berubah jadi cowok menyebalkan dan kesannya nggak bisa memahami tanggung jawab joy sebagai pelajar.
Dan munculnya tokoh baru, membuat buku ini menjadi kisah cinta segitiga yang basi.

Tapi lebih dari semua itu, saya kecewa dengan gagasan yang dibangun penulis di buku ini. Tanpa kita sadari, penulis adalah brainstormer yang sangat ampuh dan kita harus hati-hati memasukkan gagasan dalam buku kita, karna gagasan itu akan dibaca oleh ribuan orang. Di buku ini, Ken terlalu mendeskreditkan Stink (saya jadi kasihan sama nasib si stink ini).

Orang-orang yang punya ekonomi kelas menengah ke bawah kan memang agak sarkas dan sinis memandang kekayaan orang berada. sering kita dengar pengendara motor mengumpat "dasar orang kaya!" saat ada mobil bening menyalip kendaraan mereka, dan itu manusiawi menurut saya. karena tekanan hiduplah yang membuat mereka berpandangan seperti itu.

Lantas pengamen, apankah mengamen itu pekerjaan yang hina? sebagaian orang mungkin menganggap begitu, tapi di tengah kehidupan yang sulit begini, susah cari kerja tapi kebutuhan untuk makan dan bertahan hidup tidak bisa dinegasikan? (saya menganggap karakter joy yang saya sukai bisa menerimanya, anggaplah dia kecewa, itu wajar karena dia masih remaja. Tapi yang kita bahas ini Joy, karakter yang sudah pernah mengalami satu fase pendewasaan karena orang tuanya bercerai dan ditolak mentah-mentah sama cowok yang suka sama temannya yang super cantik)

Saya fikir, kekecewaan joy bisa diatasinya dengan cerewet nanya ini itu ke kawan-kawannya, bukannya malah nangis bombai gak jelas. Stink juga jadi karakter yang menyedihkan, di buku kedua stink itu ibarat lakon pendukung yang charming dan punya daya tarik kuat meskipun tidak serupa dengan tokoh cowok kebanyakan yang identik dengan cakep, pintar, kaya dsb-dsb. Stink lebih sederhana dan manusiawi dengan selera humor dan keapa-adaannya.

Perbedaan dan ketidak puasan terhadap pasangan setelah kita mengetahui karakter aslinya memang wajar. Apalagi perbedaan usia antara stink dan Joy juga lumayan, joy kelas 2 SMA dan stink kuliah. tapi ane rasa, novel ini akan lebih hidup dan punya nafas kalau yang dibahas itu upaya-upaya yang mereka lakukan dalam menjalani hubungan dan menerima karakter pasangan.

Masalah yang dihadapi stink juga absurd, terlalu kompleks dan tanpa alasan. berulang-ulang disebutkan bahwa stink orang yang pengin bebas. tapi di ambang berakhirnya cerita teman sekerjanya bilang kalau stink itu anaknya moody tapi kalau udah ketemu orang yang dia sukai dia akan berusaha yang terbaik dan mau mencoba untuk memperbaiki kesalahannya meski gagal.

Semestinya karakter stink bisa lebih digali, jadi pembaca bisa benar-benar yakin, apakah stink memang pemalas menyebalkan yang tidak peduli pacarnya lulus sekolah atau tidak. Atau stink hanya salah satu orang sarkastik yang menganggap dunia ini sudah sangat tidak adil dan dia udah nggak punya kesempatan untuk menjadi bagian dalam kegilaan yang diciptakan oleh dunia ini.

Jujur saja saya jadi kasian sama tokoh Joy dan Stink. Bukan kasian seperti saat kita menonton hunger games dan kita kasian sama katnis dan peta yang harus jadi tribute atau kasian sama jack di film titanic karena dia musti mengorbankan diri untuk menyelamatkan rose, atau kasian sama anak-anak tuna rungu yang kalah dipengadilan melawan kepala yayasan mereka di film silence. Tapi kasian karena mereka dijejali konflik dalam sebuah kisah, tapi kesannya mereka tidak melakukan apa-apa dan terlihat konyol sampai akhir. Saya yang membacanya saja jadi kesal. Maaf mungkin ini karena saya agak memahami apa yang dirasakan stink dan Joy kali ya...

  

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Kenangan

Napak Tilas Menulis Blog

Tak Mampu Berpaling dari Makanan Enak dan Segala yang Lucu